Kamis, 09 Januari 2014

Di sini ada 2 macam motif tenun ikat yaitu motif Insana dan Biboki. Keduanya menunjukkan daerah asal motif tersebut. Motif Insana cenderung berwarna cerah menggunakan benang toko (istilah para penenun untuk benang yang biasa mereka beli di toko), jenisnya ada dua yaitu sotis dan buna. Tenun sotis permulaannnya rata seperti kain pada umumnya sedangkan Buna ada bagian yang menonjol seperti dibordir dan kita agak sulit menentukan mana bagian yang luar dan dalam. Tentu saja yang motif buna harganya jauh lebih mahal ketimbang yang sotis. Sedangkan motif Biboki cenderung kalem menggunakan warna2 tanah. Anda tidak perlu kuatir, semua koleksi kami di garansi produk kain buatan pengrajin asli Timor. Kami menyediakan koleksi pilihan terbaik dengan jumlah terbatas Buat pembaca yang ingin memesan kain Tenun Timor silahkan meinggalkan komentar disini 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT5tqptEq7Sx6ivHiliwwZLyyJbAf11fLYyiidBL_kVH594SZdG73YKFYe_1yvGgaD5edPfKl5JXkKQ71is6eq3oI1i8_nmIMy7IIGHxQWnhNoPkqAXSy4dZFOa9UGOWwuacvxPrc3RTA/s1600/Tenun+Timor+Motif+Insana+-+J93.jpg
IDR 2,500

IDR 2,700




IDR 3,300

Sasando

Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur, kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.

Jika ke Kupang, NTT, jangan lupa belanja tenun ikat, daging se'i, dan abon sebagai oleh-oleh.

KUPANG – Siapa bilang Kupang, Nusatenggara Timur, hanya punya sasando dan miniatur alat musik tradisional itu sebagai buah tangan.  Ibu kota provinsi di timur Nusantara itu juga punya beragam tenunan ikat dan produk berbahan tenunan serta makanan khas dan yang layak dicoba karena memiliki rasa yang unik dan menggoda selera. Berikut, lima penganan khas NTT yang bisa dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke kota dengan teluk dan pantai yang menawan ini.

Tenun Ikat
Anda dapat membawa pulang beragam tenunan ikat NTT dalam bentuk tas, selendang, dompet, sajadah, dan kain. Tenunan NTT terkenal dengan motif yang beragam dan unik serta variasi warna yang gelap hingga secerah mentari. Anda dapat membeli di toko-toko suvenir atau membeli langsung dari pedagang kain dan  berbagai aksesoris tradisional yang juga sering nongkrong di beberapa toko khusus.

Daging Se'i
Se'i atau daging asap khas Timor sudah terkenal sejak zaman Belanda. Daging yang diproses dengan kayu bakar kosambi ini memiliki rasa asap yang khas dan sering menjadi buah tangan primadona. Selain daging sapi, se'i babi dan ikan juga menjadi favorit para pendatang maupun penduduk lokal. Daging se'i dapat dibeli dalam bentuk segar di pasar maupun beku di pasar swalayan.

Abon
Ada 15 perusahan abon di Kupang. Jadi, Anda bisa memilih abon sesuai warna, tekstur dan tentu saja rasanya. Abon Kupang enak karena menggunakan daging sapi khas Timor yang memiliki serat yang halus

Jagung
Pemerintah setempat menetapkan NTT sebagai provinsi jagung. Itulah yang membuat berbagai produk olahan jagung marak sebagai jajanan khas. Anda dapat memilih jagung titi khas Flores Timur--baik mentah maupun yang sudah digoreng. Emping jagung manis pedas atau rasa asing juga bisa menjadi buah tangan yang khas yang dibawa pulang dari Kupang
Dendeng Kupang juga terkenal karena rasa manis dan bumbu-bumbunya yang khas. Agar awet dendeng dapat dimasukkan ke dalam kulkas dan digoreng cepat dalam api sedang.

Ikan Asin
Berada di wilayah pantai, Kupang kaya akan ikan laut segar dan ikan asin. Selain bersih, ikan asin di Kupang juga terkenal murah. Anda juga dapat membawa pulang berbagai jenis ikan asin, termasuk ikan paus, di pasar-pasar ikan di Kupang

 Lu'at
Lu'at adalah sambal khas Timor yang berbahan dasar cabe, bawang putih, garam, potongan jeruk nipis dengan kulitnya, dan daun kemangi. Semakin lama disimpan, sambal yang pedas ini semakin enak. Lu'at juga kini dijual dengan menggunakan belimbing sebagai pengganti jeruk  nipis dan daun kemangi.

Asam
Para pendatang banyak membawa pulang asam Timor sebagai oleh-oleh. Selain lebih dagingnya lebih hitam dan tebal, asam Kupang juga murah dibandingan dengan asam-asam lain. Selain asam mentah, asam Kupang juga diolah sebagai  manisan dengan variasi pedas dan sedang.

Tenun Ikat Flores (Keragaman Corak dan Ragam Hias)









PULAU FLORES merupakan bagian dari kelompok pulau-pulau Nusa Tenggara Timur, dan mendapat banyak pengaruh dari pulau-pulau sekitarnya. Pengaruh-pengaruh tersebut memperkaya budaya suku-suku di Flores yang jumlahnya mencapai hampir tiga puluh suku. Setiap suku 'mempunyai bahasa dan dialeknya sendiri. Di bagian barat pulau Flores tinggal orang Manggarai, di bagian tengah tinggal orang Ngada, Riung, dan Nage Keo, sedangkan di bagian timur berdiam orang Ende, Lio, Sikka, dan Larantuka. Sebagian besar masyarakat Flores hidup dari bercocok tanam dan berternak kerbau dan kuda. Kedua jenis hewan tersebut dipergunakan sebagai alat pembayaran mas kawin. Dan pada umumnya kuda juga berfungsi sebagai alat transportasi. Kepandaian menenun ini diwariskan secara turun-temurun, dan telah dipelajari sejak mereka masih kecil. Salah satu tradisi para wanita penenun yang menarik yaitu kebiasaan memakan sirih dilakukan wanita Flores, khususnya penenun, di sepanjang hari saat bekerja. Jenis-jenis kain tenun yang dihasilkan adalah selendang lebar yang berfungsi sebagai selimut bagi laki-laki dan sarung untuk wanita. Selimut atau selendang juga digunakan sebagai penutup jenazah. Selain sebagai selimut dan pakaian yang dijual bebas di pasaran, kain tenun ikat juga digunakan sebagai perlengkapan upacara adat sebagai pakaian adat, pakaian upacara, dan mas kawin.

 Beragamnya fungsi dan banyaknya permintaan kain tenun ikat, membawa banyak perubahan dalam proses pembuatannya. Selain digunakannya pewarna sintetis, kini benang rayon juga digunakan sebagai bahan baku kain tenun ikat. Meskipun demikian, kain tenun ikat yang dicelup dengan pewarna alami dan menggunakan bahan baku tradisional yaitu benang dari kapas, juga masih ada.
Tenun ikat Flores dibuat dengan bahan dasar benang dari kapas yang dipilin oleh penenunnya sendiri. Benangnya kasar dan dicelup warna biru indigo. Kain dihiasi dengan ragam hias bentuk geometris aneka warna yang cerah dan menyolok. Kain tenun dari daerah Manggarai banyak menggunakan warna kuning keemasan, merah, dan hijau.
Pembuatan desain kain tenun ikat di Flores dilakukan dengan mengikat benang-benang lungsi. Pekerjaan ini dapat berlangsung selama berminggu-¬minggu, bahkan kadang-kadang sampai berbulan-bulan. Seringkali pencelupan dikerjakan satu-persatu untuk setiap bakal kain sarung, meskipun kadang-kadang juga dilakukan sekaligus untuk beberapa buah kain sarung. Ketika kerajaan-kerajaan kecil di Flores masih ada, sejumlah orang bekerja khusus sebagai pembuat kain-kain tenun untuk kebutuhan kalangan raja-raja di istana. Jika dahulu ada pembedaan pakaian adat berdasarkan status sosial (golongan bangsawan atau rakyat jelata), maka masa sekarang tidak lagi. Sekarang kain-kain tenun dibuat untuk dijual ke pasaran lalu dijual lagi kepada mereka yang membutuhkannya. Pesanan dengan kualitas khusus masih dilayani dengan harga khusus pula.
Beberapa daerah yang menghasilkan kain-kain tenun adalah Manggarai, Ngada, Nage Keo,Ende, hingga sekitar Lio, Sikka, dan Lembata di bagian timur Flores. Di daerah-daerah tersebut, seperti di wilayah Nusa Tenggara Timur lainnya, benang yang diikat adalah benang lungsi.

Sumba catat rekor kain tenun sepanjang 104 meter



Sekelompok pengrajin kain tenun di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tengara Timur (NTT) membuat kain tenun sepanjang 104 meter. Kain tenun yang dicatat Musium Rekor Indonesia (Muri) itu dibuat dengan tangan selama dua tahun.

Penenun dari kampung tua As Manulea di Kecamatan Sasita Mean, Kabupaten Belu, NTT


Ibu-ibu dari sebuah desa di Manggarai, NTT, sedang menenun karyanya yang bermotif/gaya khas Manggarai

MANGGARAI  dikenal penghasil kopi dan vanili.
Pembentukan keluarga batih terdiri dari bapak, mama dan anak-anak yang disebut Cak Kilo. Perluasan Cak Kilo membentuk klen kecil Kilo, kemudian klen sedang Panga dan klen besar Wau.
Beberapa istilah yang dikenal dalam sistim kekrabatan mayarakat mManggarai antara lain Wae Tua (turunan dari kakak), Wae Koe (turunan dari adik), Ana Rona (turunan keluarga mama), Ana Wina (turunan keluarga saudara perempuan), Amang (saudara lelaki mama), Inang (saudara perempuan bapak), Ema Koe (adik dari bapak), Ema Tua (kakak dari bapak), Ende Koe (adik dari mama), Ende Tua (kakak dari mama), Ema (bapak), Ende (mama), Kae (kakak), Ase (adik), Nana (saudara lelaki), dan Enu (saudara wanita atau istri).
Strata masyarakat Manggarai terdiri atas 3 golongan, kelas pertama disebut Kraeng (Raja/bangsawan), kelas kedua Gelarang ( kelas menengah), dan golongan ketiga Lengge (rakyat jelata).
Jaman dahulu, Raja mempunyai kekuasaan yang absolut, upeti yang tidak dapat dibayar oleh rakyat diharuskan bekerja rodi. Kaum Gelarang bertugas memungut upeti dari Lengge (rakyat jelata). Kaum Gelarang ini merupakan penjaga tanah raja dan sebagai kaum penyambung lidah antara golongan Kraeng dengan Lengge. Status Lengge adalah status yang selalu terancam. Kelompok ini harus selalu bayar pajak, pekerja rodi, dan berkemungkinan besar menjadi hamba sahaya yang sewaktu-waktu dapat dibawa ke Bima dan sangat kecil sekali dapat kembali melihat tempat kelahirannya.